(Bag. II)
Sejalan dengan kondisi sosial perumahan seperti demikian, struktur negara paling dekat yakni RT/RW nyaris kehilangan gagasan program dalam membina warga yang kemudian seharusnya bisa memberikan manfaat baik ekonomi maupun organisasi. Ekonomi dalam pengertian kenaikan nilai (value added) bagi warga dan organisasi pada makna kemandirian. Kiprah organisasi RT/RW yang cenderung berwatak tradisional-konservatif lebih dikarenakan banyak terjebak pada pranata legal. RT/RW masih enggan menggeser posisi formalnya ke tengah kenyataan sosial dimana disitu terdapat materi pengetahuan rasional yang akan membedakan mana kenyataan dan mana kebenaran. Pengetahuan rasional ini jika diterapkan tentu akan berkesanggupan menarik kehidupan sosial dari kubangan individualistik ke tepian budaya kolektif yang sarat dengan gotong royong dan egalitarian dalam belantika sosio-ekonomi di lingkungan perumahan.
Untuk kenyamanan dan ketenangan keluarga di tengah
kehidupan sosial perumahan kemudian warga dituntut untuk mengalokasikan
anggaran keluarga seperti kebutuhan untuk renovasi rumah agar rumahnya kuat
terhindar dari banjir serta memperbaiki instalasi listrik dan air. Sementara
guna pemenuhan kebutuhan hidup lainnya seperti mendapatkan barang konumsi/sembako,
fasilitas preventif kesehatan, olah raga, internet, sarana pendidikan anak,
keamanan, TPU dsb masih menjadi barang yang mahal.
Secara statistik warga Perumahan Grand Permata masuk
dalam level ekonomi menengah ke bawah. Strata ini diukur dari kapasitas pencapaian
ekonomi warga itu sendiri pada jenjang perkapita. Karena itulah sudah
semestinya pengurus RT/RW berpikir keras tantang bagaimana merumuskan resolusi
masalah terutama pada bidang ekonomi.
Terdapat kenyataan yang timpang antara besaran pendapatan
dihadapan jumlah belanja.
Dalam hal ini pengurus RT/RW memiliki peran strukturalnya dalam upaya
menekan jumlah belanja keluarga khususnya pada kebutuhan barang konsumsi harian seperti sembako. Sudah saatnya pengurus RT/RW
membangun sarana transaksi jual beli yang demokratis dalam bentuk PASAR
PERUMAHAN.
Perspektif Pasar perumahan ini memiliki spectrum tujuan.
Pertama, Tujuan Ekonomi. Terbangunnya
pasar perumahan harus (i) dapat memastikan
terjadinya penurunan nilai pengeluaran/belanja warga, (ii) memastikan Hak warga untuk
memperoleh barang konsumsi yang baik dan berkualitas, dan
(iii) memastikan
keterlibatan warga baik sebagai konsumen maupun penyedia barang. Kedua, Tujuan Organisasi. Organisasi/Lembaga
Kemasyarakatan seperti
RT/RW harus terlibat
aktif dalam sistem pasar bukan dalam rangka orientasi fiskal melainkan berperan
sebagai pelaku usaha/penyedia barang melalui unit usahanya seperti
kooperasi dengan
tujuan kemandirian organisasi. Ketiga, Ketertiban Lingkungan. Pemusatan kegiatan
transaksi jual beli barang konsumsi kebutuhan pokok akan dapat mudah mengontrol
kebersihan dan ketertiban lingkungan serta lalu lintas di jalan utama.
Dengan demikian pasar perumahan bukan sekedar kegiatan
semata (Bussines as usual) tetapi hendaknya menjadi instrument baku dalam kehidupan
bertetangga dan menjadikan fundamental berpikir masyarakat dalam mewujudkan tatanan
sosial yang bersegi hari depan dalam makna universal.
SELESAI